Makalah Tafsir Kontemporer



Tugas Mandiri                                                                         Dosen Pengampu
Metodologi Penelitian Tafsir                                                  Drs. Ali Akbar, M.I.S.

TAFSIR KONTEMPORER


Disusun Oleh:
FEBRI RAHMADHANI
11432101341

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ungkapkan pada Allah SWT. Karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Metodologi Penelitian Tafsir ini dengan judul Tafsir Kontemporer. Untuk memenuhi tugas Mandiri dari dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Tafsir yaitu Drs. Ali Akbar, MIS.
Terimakasih juga penulis ucapkan pada kawan-kawan yang sudah mau berbagi referensi kapa penulis, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Dan semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dalam mengambangkan keilmuan islam.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan, untuk memperbaiki tulisan-tulisan berikutnya.

Pekanbaru,  April 2016
Febri Rahmadhani









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A.    Latar Belakang.........................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................
BAB II TAFSIR KONTEMPORER............................................................
A.    Pengartian.................................................................................................
B.     Sejarah Munculnya Tafsir Kontemporer..............................................
C.    Corak Tafsir Kontemporer.....................................................................
D.    Contoh Tafsir Kontemporer...................................................................
E.     Kitab Tafsir Yang Tergolong Tafsir Kontemporer..............................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A.    Simpulan....................................................................................................
B.     Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kajian seputar al-Quran dan tafsirnya sampai hari ini terus berlanjut. Di masa Rasulullah Saw. al-qur’an langsung beliau tafsirkan jika ada hal-hal yang tidak dipahami oleh sahabat dangan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah saw. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sahabat maka akan dijawab oleh Rasulullah berdasarkan wahyu dari Allah Swt. karena Rasulullah tidaklah berbicara dengan hawa nafsunya melainkan dengan wahyu. Hal ini seperti yang di firmankan oleh Allah dalam an-Najm:

وما ينطق عن الهوى ( ) ان هو الا وحي يوحى ( )

Sebagai contoh adalah surah al-An’am ayat 82:

الذين امنوا ولم يلبسوا ايمانهم بظلم...

Kata بظلم membuat sahabat bertanya siapa yang dimaksud dengan بظلم pada ayat ini, karena kekhawatiran mereka termasuk dalam golongan itu. Hal ini dijawab oleh rasulullah dengan surah Luqman ayat 13:

...ان الشرك لظلم عظيم...

Jadi yang dimaksud dengan بظلم pada ayat 82 dari surah al-An’am adalah الشرك berdasarkan ayat 13 surah Luqman.
Setelah Rasulullah Wafat penafsiran al-Quran semakin berkembang mulai dari masa sahabat hingga hari ini. Dalam perkembangannya, tafsir itu ada yang dinamakan dengan Tafsir kontemporer atau tafsir Modern, yang baru muncul pada abad 14 H, Sejak lahirnya gerakan pembaharu di dunia Islam yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh di Mesir, Syah Waliyullah dan Muhammad Iqbal di Pakistan,[1] serta tokoh di daerah lainnya.
Saat ini banyak ummat yang menggunakan tafsir kontemporer dalam memahami al-Quran, karena tafsir kontemporer orientasinya selalu diarahkan pada rasionalitas al-Quran, sehinggga mudah dipahami oleh Ummat dalam seluruh lapisan masyarakat dan al-Quran dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Yaitu sebagai هدى للناس yang akan menuntun manusia pada kemuliaan dan kesejahteraan.
Dalam makalah ini akan diuraikan beberapa hal tentang tafsir kontemporer. Diantaranya pengertian, sejarahnya, coraknya, contoh, dan kitabnya.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan penulis jelaskan dalam makalah ini, Yaitu:
1.      Apa Pengertian Tafsir Kontemporer?
2.      Bagaimana Sejarah Munculnya Tafsir Kontemporer?
3.      Apa Corak Tafsir Kontemporer?
4.      Apa Contoh Tafsir Kontemporer?
5.      Apa Kitab Tafsir Yang Tergolong Tafsir Kontemporer?







BAB II
TAFSIR KONTEMPORER
A.    Pengertian
Tafsir ((تفسر secara bahasa merupakan bentuk Mashdar dari kata    فسر – يفسر – تفسيرا Yang berarti الايضاح ( Menjelaskan),  التبين(Menerangkan), dan    الاظهار  (Menampakan). Tafsir mengikuti wazan Taf’il dapat juga berarti الكشف و البيان (Menjelaskan dan Menguraikan).[2]
Sedangkan menurut istilah para ulama mendefenisikan tafsir menurut pandangannya masing-masing. Diantaranya adalah:
1.      Al-Zarqani
علم يبحث عن القران الكريم من حيث دلالته على مراد الله تعلى بقدر الطاقة البشرية[3]
Ilmu yang membahas al-Quran dari segi dilalahnya, berdasarkan maksud yang dikehendaki oleh Allah sebatas kemampuan manusia.
2.      Al-Zarkasyi
علم يعرف به كتاب الله المنزل على نبيه محمد صلى الله عليه وسلم وببان معانيه واستخراج احكامه وحكمه[4]
Ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada nabi Saw. Menjelaskan maknanya, hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.
3.      Khalid bin Utsman al-Tsabt
علم يبحث فيه عن احوال القران العزيز من حيث دلالته على مراد الله تعلى بقدر الطاقة البشرية[5]
Ilmu yang membahas tentang keadaan al-Quran dari segi dilalahnya, berdasarkan maksud yang dikehendaki oleh Allah sebatas kemampuan manusia.
Dari pengertian-pengertian tafsir tersebut dapat kita pahami bahwa tafsir itu adalah upaya seorang mufassir untuk menjelaskan al-quran untuk mengetahiu makna-maknanya, hukum-hukumnya, dan hikmah-hikmah yang terkandung didalam al-quran.
Sedangkan kontemporer adalah sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online berarti: “pada waktu yang sama, semasa, sewaktu, pada masa kini, dan, dewasa ini.”[6]
Jadi, Tafsir kontemporer dapat diartikan upaya mufassir untuk menjelaskan al-Quran sesuai dengan konteks ayat pada saat ini.
B.     Sejarah Muncul Tafsir Kontemporer
Sebagaimana telah disebutkan pada latar belakang penulisan makalah ini, bahwa tafsir kontemporer baru muncul dan dikenal pada abad 14 H. Dan perkembangannya terus berlanjut sampai saat ini. Munculnya tafsir kontemporer ini erat hubungannya dengan pembaharuan yang dilakukan tokoh-tokoh pembaharu islam di dunia islam. Bentuk pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh islam yaitu modernisasi dalam pemahaman beragama ummat. Diantara modernisasi tersebut adalah menggali kembali ajaran-ajaran islam dengan benar dan pemahaman yang lebih kompleks, untuk meninggikan dan membela islam dari serangan sarjana-sarjana barat. Dalam upaya ini, menurut Abdul jalal kaum muslimin giat mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan dan peradaban baru yang dinamis.[7]
Seiring gerakan pembaharuan ke Era modern ini, tafsir kontemporer muncul dengan bentuk dan orientasi yang senada dengan modernisasi. Tafsir ini memfokuskan penafsiran ayat-ayat al-Quran yang dikaitkan dengan kehidupan dan kondisi sosial masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan, serta memfungsikan al-Quran sebagaimana mestinya.[8] Sebagai umat islam, kita memiliki kewajiban untuk mengamalkan seluruh ajaran al-Quran. Dan menurut Quraish Shihab salah satu cara mengamalkan al-Quran adalah dengan menggunakannya dalam kehidupan kontemporer.[9]
Kehadiran tafsir modern dipengaruhi oleh faktor berkembangnya pengaruh kebudayaan dalam beberapa penafsiran dan terjadinya dinamika masyarakat yang semakin bermacam-macam dengan segala bentuk problematikanya. Faktor inilah yang melatarbelakngi munculnya tafsir kontemporer menurut Alfiah Tarmizi. Lebih lanjut ia mengatakan pada prinsipnya tafsir modern yang bersifat kontemporer ini memberikan corak dan nuansa baru dalam penafsiran al-Quran sebagai suatu mijizat yang berlaku sepanjang zaman dan dapat diterima oleh semua kalangan karena ia mementingkan realitas kehidupan tanpa menafikan arti dan kapabilitas tafsir salaf yang lebih mementingkan konstektual.[10]
C.    Corak Tafsir Kontemporer
1.      Tafsir Ilmi
Tafsir ilmi sebagaimana yang disebutkan oleh Drs. Ali Akbar, MIS. Dalam bukunya Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, adalah menafsirkan ayat-ayat al-quran berdasarkan pendekatan ilmiah, atau menggali kandungannya berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan yang ada.[11] Corak tafsir seperti ini dapat lebih diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan teori-teori ilmiah dan rasio yang mereka pahami. Dengan menafsirkan al-quran dengan metode ini maka akan memudahkan untuk memahami al-quran dan memfungsikan al-quran sebagai petunjuk.
Umumnya tafsir ilmi ini membahas masalah ayat-ayat kauniyah dan berusaha untuk membuktikan bahwa dalam al-quran terdapat semua ilmu pengetahuan yang ada didunia ini, baik yang telah lewat ataupun masa depan. Didalam al-quran masih banyak ilmu-ilmu yang belum digali sehingga ini menjadi alasan mufassir untuk menggali al-quran lebih dalam sehingga kandungan al-quran itu benar-benar bisa diketahui.
Seiring perkembangan waktu tafsir ilmi ikut berkembang dan menjadi perhatian banyak ilmuan dan peneliti. Menurut perspektif Quraish Shihab makin meluasnya perkembangan tafsir ilmi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu: Pertama adalah reaksi terhadap ketertinggalan umat islam dalam bidang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari dunia barat. Karena ketertinggalan ini mereka berusaha mencari kompensasi  sebagai sebuah shock therapi atau sebagai salah satu upaya untuk menutupi rasa rendah diri yang berlebihan (inferiority complex) yang melanda mereka. Salah satunya dengan mengingat kejayaan ummat masa lalu yang secara langsung atau pun tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat islam dalam penafsiran al-quran masa sekarang. Maka, tidaklah mengherankan ketika ada penemuan baru, para cendikiawan muslim akan berlomba-lomba mencari ayat yang berkesesuaian dangan penemuan tersebut dan serta merta akan mengatakan  bahwa apa yang ditemukan sebenarnya sudah tercantum didalam al-quran. Faktor Kedua adalah sebagai reaksi atas resistensi yangbbesar dari gereja terhadap ilmu pengetahuan yang disebabkan adanya pertentangan antara penemuan ilmiah dengan teori gereja. Pertentangan ini menyebabkan kekejaman dan penindasan terhadap ilmuan yang dianggap mendapat kutukan karena membantah gereja. Hal ini menimbulkan statemen dikalangan umum bahwa agama bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Statemen ini menimbulkan kekhawatiran dikalangan cendikiawan muslim, kalau-kalau hal yang sama masuk kealam masyarakat islam. Sehingga mereka berusaha untuk membuktikan hubungan erat antara ilmu pengetahuan dengan agama terutama al-quran, walaupun terkadang mereka terlalu jauh dalam membuktikan hal itu.[12]
2.      Tafsir Adabi Ijtima’i
Tafsir adabi ijtima’i menurut Drs. Ali Akbar, MIS. Adalah tafsir yang menitik beratkan penjelasan al-Quran pada segi ketelitian redaksinya. Kemudian menyusun kendungan ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah dengan menonjolkan tujuan utama dan tujuan al-quran; yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan; kemudian mengadakan pengertian ayat tersebut dengan hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia.[13]
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Drs. Ali Akbar, MIS. Tersebut maka dapat dipahami bahwa tafsir dengan corak adabi ijtima’i ini adalah menafsirkan al-quran sesuai dengan tatanan yang sudah berlaku dimasyarakat tanpa mengesampingkan makna al-quran yang sesungguhnya. Lebih jauh Drs. Ali Akbar, MIS. Menjelaskan bahwa ada empat tafsir pokok dari tafsir tersebut, yaitu:
Pertama:  Menguraikan ketelitian redaksi ayat-ayat al-quran.
Kedua:     Menguraikan makna dan kandungan ayat al-quran  dengan     susunan kalimat yang indah.
Ketiga:     Aksentuasi yang menonjol pada tujuan yang diuraikannya al-quran.
Kempat:   Penafsiran ayat berkaitan dengan sunatullah yang berlaku dalam masyarakat.[14]
D.    Contoh Tafsir Kontemporer
Contoh tafsir kontomporer diantaranya adalah:
طيرا ابابيل oleh Muhammad Abduh dalam menafsirkan surah al-Fiil ditafsirkan dengan Mikroba dan kata بحجارة ditafsirkan dengan kuman atau virus.[15] Dengan penafsiran semacam ini akan meyakinkan manausia bahwa apa yang dijelaskan oleh al-quran itu bisa diterima oleh rasio mereka.
Contoh lainnya adalah penafsiran Muhammad Rasyid Ridha dalam menjelaskan makna surah al-A’raf ayat 189, kata نفس واحدة ditafsirkan dengan proton dan kata  زوجهاditafsirkan dengan elektron dan masing-masing keduanya membentuk Atom.[16]

E.     Kitab Tafsir Kontemporer
Diantar Kitab tafsir kontemporer menurut Drs. Ali Akbar, MIS. Adalah:
1.      Corak Ilmi
·         Al-Islam Yatahadda Oleh Walid al-Din Khan
·         Al-Islam fi Asr al-‘Ilm Oleh Dr. Muhammad Ahmad al-Ghamrawi
·         Al-Ghida wa al-Dawa’ Oleh Dr. Jamal al-Din al-Bandi
·         Al-Quran wa al-‘Ilm al-Hadits Oleh Abd al-Razaq Naufal[17]
2.      Corak Adabi Ijtima’i
·         Tafsir Al-Manar Oleh Muhammad Abduh Dan Rasyid Ridha
·         Tafsir Al-Quran Oleh Ahmad Al-Maraghi
·         Tafsir Al-Quran Al-Karim Oleh Mahmud Shoulthut[18]
Selain yang disebutkan diatas  kitab tafsir yang tergolong dalam tafsir kontemporer adalah:
·         Sunannullah Al-Kauniyah Oleh Dr. Al-Kauniyah Ahmad Al-Ghamrawi
·         Al-Islam Wa Al-Thib Al-Hadits Oleh Dr. Abdul Aziz
·         Al-Tafsir Fi Tafsir Al-Qur`An Oleh Asy-Syaikh Muhammad Saayid Thantawi Jauhari.
·         At-Tafsir Al-Bayan Li Al-Qur`An Al-Karim Oleh Aiysah Muhammad Ali Abdurrahman Binti Asy-Syati` Yang Lebih Di Kenal Dengan Binti Asy-Syati.
·         At-Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Asy-Syari Al-Manhaj. Oleh Wahbah Bin Musthafa Az-Zuhaili
·         I’jaz Al-Quran Wa Balaghat An-Nabawiyah Oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i.



















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tafsir kontemporer adalah upaya mufassir untuk menjelaskan al-Quran sesuai dengan konteks ayat pada saat ini, baik itu dengan teori-teori ilmiyah maupun dengan tatanan yang berlaku dalam masyarakat yang tidak bertentangan dengan al-quran.
Tafsir kontemporer baru muncul sekitar abad ke-14 H, seiring dengan munculnya gerakan pembaharuan dalam islam yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh di Mesir serta tokoh diwilayah lainnya.
Tafsir kontemporer ini dapat berbentuk (corak) Ilmi dan bisa juga adabi ijtima’i. Tafsir ilmi yaitu penafsiran al-quran menggunakan teori-teori ilmiyah sedangkan adabi ijtima’i adalah menafsirkan al-quran berdasarkan tatanan yang berlaku dalam masyarakat.
B.     Saran
Makalah sederahana semoga dapat menjadi pengetahuan awal bagi pembaca untuk mengetahui tentang tafsir kontemporer. Dan kekurangan-kekurangan dari makalah ini dapat menjadi alasan bagi para pembaca untuk mencari kesempurnaannya. Kritik dan saran dari pembaca juga sangat penulis butuhkan untuk menambal kekurangan-kekurangan penulis.



\                                                                                                               



DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad. 1341.  Tafsir Juz ‘Amma. Mesir: al-Jam’iyyah al-Khairiyyah.
Akbar, Ali. 2011. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tafsir. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.
Al-Tsabt, Khalid Bin Utsman. Qawaid Al-Tafsir Jam’an Wa Dirasasatan. Arab Saudi: Dar Ibn Affan, 1997), Cet. Ke-1 Jilid 1.
Al-Zarkasyi, Badr Al-Din  Muhammad Ibn Abdullah Ibn Bahadir. 1957.  Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Beirut: Dar Al-Ma’rifah, Juz 2.
Al-Zarqani, Muhammad ‘Abdul ‘Azhim. 1995. Manahil Irfan Fi Ulumul Quran. Beirut: Dar Ihya Al-Turats Al-Arabiy. Cet. Ke-1. Juz 2.
Jalal, Abdul. 1990. Urgensi Tafsir Maudhu’i Pada Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia.
Muhammad Rasyid Ridha. 1954. Tafsri al-Manar. (Mesir: Dar Al-Manar.
Shihab, Quraish. 1997. Membumukan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Tarmizi, Alfiah. Orientasi Tafsir Kontemporer. Dimuat Pada Jurnal Ushuluddin Iain Susqa Pekanbaru, Vol. Vi, No. 2, hal. 47, Juli-Desember 2003.
http://kbbi.web.id/kontemporer (diakses pada 12 April 2016)







[1] Abdul Jalal, Urgensi Tafsir Maudhu’i Pada Masa Kini (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hal.39.
[2] Ali Akbar, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tafsri, (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2011), Hal. 1
[3] Muhammad ‘Abdul ‘Azhim Al-Zarqani, Manahil Irfan Fi Ulumul Quran, (Beirut: Dar Ihya Al-Turats Al-Arabiy, 1995), Cet. Ke-1, Juz 2, Hal. 334
[4] Badr Al-Din  Muhammad Ibn Abdullah Ibn Bahadir Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi Ulumil Quran, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, 1957) Juz 2, Hal. 163-164
[5] Khalid Bin Utsman Al-Tsabt, Qawaid Al-Tafsir Jam’an Wa Dirasasatan, (Arab Saudi: Dar Ibn Affan, 1997), Cet. Ke-1 Jilid 1, Hal. 29
[6] http://kbbi.web.id/kontemporer (diakses pada 12 April 2016)
[7] Abdul Jalal, Op.Cit., Hal. 39
[8] Alfiah Tarmizi, Orientasi Tafsir Kontemporer, Dimuat Pada Jurnal Ushuluddin Iain Susqa Pekanbaru, Vol. Vi, No. 2, hal. 47, Juli-Desember 2003.
[9] Quraish Shihab, membumukan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1997), hal. 88
[10] Alfiah, Op.Cit., hal.47
[11] Ali Akbar, Op.Cit., hal. 87
[12] Quraish Shihab, Op.Cit., Hal. 102
[13] Ali Akbar, Op.Cit., Hal. 87-88
[14] Ibid.
[15] Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, (Mesir: al-Jam’iyyah al-Khairiyyah, 1341 H), hal. 5-6
[16] Muhammad Rasyid Ridha, Tafsri al-Manar, (Mesir: Dar Al-Manar, 1954), Hal. 208-212
[17] Ali Akbar, Op.Cit., Hal. 87
[18] Ibid., hal. 88

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taqlid